Langsung ke konten utama

Let's start over. Awal mula aku pakai konsep " To Do List"

Aku ngga tau ini bakalan works atau ngga. Hanya saja aku pengen menulis blog lagi. 14 Maret. It's my birthday. Aku sangat bersyukur bisa diberikan kesempatan untuk hidup di dunia ini. Merasakan bagaimana menghirup udara, berkomunikasi dan bersosialisasi dengan orang-orang, melihat pemandangan yang begitu indah dan merasakan berbagai emosi yang ada dipikiranku.

14 Maret 2023. It's my 23th years old. Aku ternyata sudah sampai ke tahap ini. Usia menuju yang biasa disebut orang-orang the quarter of life. Sebenarnya aku kurang paham sih tentang konsep itu. Tapi hal itu sepertinya cukup menakutkan, menyenangkan dan menantang. Selama ini, aku biasanya melakukan aktivitas secara sistematis. Melakukan sesuatu dengan terstruktur. Mengikuti pola dan catatan kecil yang aku sudah persiapkan di malam hari dan kemudian aku aplikasikan di esok harinya. Itu bermula ketika aku SMP kelas 8 atau 9 aku lupa. Hehehe.

Salah satu guru sejarah  memberikan tugas kepada kami untuk melakukan "My Daily Life". Aku lupa dalam rangka apa dan konsepnya apa sehingga pelajaran sejarah bisa masuk ke exercise itu. Yang pasti kami disuruh membuat apa aja aktivitas kami dalam satu hari beserta alokasi waktu. Kemudian setelah dilaksanakannya, akan di ceklist. Di pertemuan selanjutnya, ibu guru tersebut akan memeriksa apa yang sudah kami centang. Pada dasarnya jika kami ingin mendapatkan perhatian lebih atau ingin mendapatkan nilai yang bagus, kami bisa saja membuat list yang bagus dan ceklis yang banyak. Contohnya, bangun jam 5 pagi, berdoa atau saat teduh, membaca beberapa buku self improvement, memasak sarapan, mandi, sekolah, pulang sekolah tidur siang dan belajar, setelah itu bermain, mandi. Kemudian lanjut belajar, membaca buku/komik, makan malam, belajar lagi,  dan endingnya tidur. Semua kegiatan tersebut bisa saja di checklist. Selain guru, teman-teman sekelas juga bakalan kagum dengan aktivitas seorang anak SMP yang masih ingin bermain dan nggak kepikiran untuk membaca buku self improvement apalagi belajar setelah mandi sore. HAHAHA. 

Realitanya, kami satu kelas menyusun kegiatan kami dengan apa adanya. Terutama aku yang tidak tahu apa-apa saja aktivitas yang dilalukan oleh anak SMP yang sangat luar biasa. HAHAH. Hingga guruku memberikan sedikit senyuman yang aku sama sekali bingung itu senyuman apa. Apakah tersenyum karena lucu, mengejek atau yahhh senyum cringe :/. Ternyata guruku hanya ingin melihat bagaimana aktivitas seorang anak SMP di zaman itu memulai hari-hari dimana itu akan menjadi kebiasaan di masa depan dan mempengaruhi pola pikir. Ada beberapa aktivitasku dan teman-temanku yang sama. Sehingga guruku memberikan beberapa contoh list yang kira-kira bisa menjadi acuan untuk dilakukan. Itu merupakan suatu tantangan bagi kami. Terutama bagiku yang pada saat itu, masa SMP adalah masa dimana aku harus bangun pagi untuk memasak sarapan, cuci piring dan wajib mandi pagi. Karena aku tahu jarak rumahku ke sekolah cukup jauh tanpa ada kendaraan dan harus  jalan kaki. Jadi kalau ngga mandi, yahh tahu lah ya bakalan ngga segar dan ngantuk sampai di sekolah. 

Seiring berjalannya waktu, aku mulai terbiasa dengan konsep to do list. Mengerjakan apa yang sudah ada di list. Sehingga ada ambisius dan ekspektasi untuk menyelesaikan. Jadi kadang-kadang,  aku merasa sangat kesal jika apa yang ada di notesku itu tidak aku kerjakan. Tapi beda yah kalau belum selesai gak apa-apa. Tapi kalau ngga nyentuh sama sekali yahh aku kesal dan bahkan merasa sedih. Ini kemungkinan terjadi kalo aku menunda-nunda atau terlalu banyak menghabiskan waktu pada kegiatan tertentu.

Ada satu hal yang menurutku, konsep ini bisa aku rasakan dan berhasil ketika aku mengerjakan skripsi. Kita tahu bahwa mahasiswa dalam mengerjakan skripsi butuh ketekunan, kerajinan dan pemahaman. Memang benar, selama skripsi kalau bukan kita sendiri yang berminat mengerjakan hasilnya akan tenggelam. Yah meskipun beberapa orang ada penekanan dari orang tua, pacar atau teman-temannya. Tapi kalau terpengaruh dengan kelalaian waktu, gak ada target, skripsi itu bakalan hanyut perlahan-lahan. Apalagi kalau dosennya itu ngga peduli sama mahasiswanya. Ngga ada kasih motivasi, arahan dan bahkan ngga meluangkan waktu buat mahasiswanya walaupun hanya sekedar cap tandatangan. Tapi poinnya bukan itu. Selama pengerjaan skripsi, efek dari catatan kecil yang ada di notes itu seperti dorongan tersendiri yang membuat aku harus bisa mengerjakannya. Dan ketika aku menyusun notes aku berusaha untuk membuat se-realistis mungkin. Sewajarnya aku susun sesuai dengan kemampuanku. Contohnya: Menghubungi Pak ABC terkait feedback BAB 1, mengonfirmasi kepada Miss ABC kalo aku sudah kirim BAB 1 melalui Teams, mencari 5 teori pengertian dan konsep terkait Keputusan Pembelian dsb. Memang itu adalah hal sederhana yang bisa membuat adanya progres dalam suatu pencapaian. Yah mungkin gak seberapa tapi dengan adanya langkah untuk memulai yaitu menulis dan melaksanakannya, itu akan berdampak.

Pada waktu tertentu setelah lulus kuliah, aku mencoba untuk tidak berekspekstasi dan berjalan sesuai dengan apa yang terjadi. Mencoba untuk yahh "jalani aja dulu, ngga usah terpaku dengan list-list yang ada di notes biru ku ini". Awalnya memang terasa kayak ngga ada ngapa-ngapain. Apa yang bisa ku kerjakan yahh aku kerjakan. Ngga ada terget atau hal yang mendorong untuk membuat itu segera selesai. Tidak ada ambisius. Aku melakukannya dan membiarkan diriku dengan ketidakbiasaaanku. Sampai suatu hari, aku ingat bahwa aku sudah 2 minggu ngga ada progress sama sekali. Setidaknya  melanjutkan hobi, membaca, asah skill dan sebagainya. Karena yahh lulus kuliah aku belum dapat pekerjaan, masih kepikiran untuk rehat sekitar 1-3 minggu. Sebenarnya itu udah termasuk lama sihh. Tapi yah aku pengen meluangkan waktu untuk diri dan pikirannku. Aku sadar, selama kuliah aku dilanda dengan kesibukan, ekspektasi dan sampai-sampai aku merasa capek dan pengen berhenti. Ekspektasi dan harapan orang-orang disekitarku sangat besar dan aku sangat berusaha keras untuk mewujudkannya. Sebenarnya ini hal yang konyol dan nggak pantas untuk ditiru karena jadinya kita ngga menikmati hari demi hari, wajah lelah dan ngga fokus. Buat yang baca blog ini jangan kayak aku ya. Heheheh ^^

Ada satu  hal yang membuat aku kembali lagi kepada kebiasaanku untuk melakukan aktivitas dengan menggunakan konsep to do list. Yaitu ternyata aku lebih terarah, mempunyai tujuan. Dan saat ini aku  berorientasi pada proses menuju hasil. Sehingga aku tidak berekspektasi lebih dari apa yang aku lakukan. Aku ngga menuntut diriku harus porsir sampai hal itu membawa dampak yang sangat merugikan. Karena aku sudah mengalaminya ketika kuliah. Aku berusaha untuk menetralkannya dan sedikit melonggarkan keambisiusanku serta  fokus pada hal yang berpotensi. 

Namun sebelumnya,  ada beberapa yang aku kembangkan dari konsep "to do list" ini. Yah meskipun aku juga masih tahap uji coba dan sedang berusaha untuk konsisten tapi ada kalanya ini berhasil.

1. Evaluasi Check. Pada malam hari, sebelum tidur biasakan untuk evaluasi kegiatan hari ini. Caranya dengan mencatat apa yang terjadi hari ini. Ngga perlu harus pake bahasa yang formal. Cukup pake bahasa sendiri atau bahasa keseharian juga gpp. Intinya kamu tahu apa yang harus kamu ulang untuk besok, apa yang harus kamu hilangkan dan tidak boleh dilakukan untuk next time. Yah semacam diary, hanya saja diary bentuk cerita kan, kalau ini ngga. Hanya catat dan ceklist and cross aja. Kita bermain ceklist. Heheh. Contohnya:

*Membaca buku 10 lembar (YES)---- Ö

*Nonton drakor 3 eps berturut-turut (NO)------  X

2. To do list. Mungkin  kata "to do list" ini udah familiar yah di kalangan zaman sekarang. Pasalnya banyak banget orang-orang membuat itu jadi solusi untuk mereka yang pelupa, yang pengen produktif dan tertarget. Yah bener.. List yang disusun itu memang sangat manjur ketika kita melakukannya dengan disiplin dan ingat waktu. Hari-hari kita jadi lebih berharga dan bernilai karna ada dampak yang kita buat. Meskipun hasilnya bukan sekarang ya, tapi berpotensi yahh mungkin 1-2 atau beberapa tahun ke depan. 

Ada 2 yang menjadi hal penting ketika kita menyusun list. Yang pertama adalah sebaiknya realistis.  heemm wait, bukan. Maksud aku bukan sebaiknya tapi HARUS realistis. Kenapa? Yahh karna kita kan ngga mau apa yang kita kerjakan itu membawa dampak buruk bagi kita. Pikiran jadi ngga tenang. Target yang terlalu besar membuat jadi beban. Yang harusnya list yang kita buat ini mempermudah jadinya mempersulit dan bahkan membawa sakit. Hahaha. Yang kedua adalah sebaiknya kita menyusun our daily activities itu dengan terukur. Hal ini untuk menghilangkan ambigu dari hasil yang ingin kita peroleh. Contohnya, dari pada kita membuat "Membaca buku" lebih baik " Membaca buku 10 lembar". Yah meskipun ini bakalan kurang atau lebih 10 lembar, setidaknya ini akan memberikan hasil yang terukur dari apa yang sudah kita lakukan. Terkait kapan sebaiknya dilakukan penyusunan TO DO LIST,  aku pernah mencoba untuk menyusun list harian di pagi hari.  Menurutku ini ngga efesien. Aku jadi menghabiskan waktu hanya untuk menyusun dan membubuhkan sedikit evaluasi diri. Jadi mulai kerja atau aktivitas itu sudah memakan waktu. Jadi hasil yang aku dapatkan dalam satu hari itu tidak maksimal. Kemudian aku pernah mencoba untuk menyusun pada malam hari dibarengi dengan check evaluation. Ternyata lebih baik dan membawa hasil yang maksimal.  Jadi kalau mau menyusun list itu, sebaiknya di malam hari dan mulai lebih awal. 

3. Evaluasi  "to do list".  Ini adalah tahap yang aku paling suka. Mencentang apa yang sudah kita lakukan. Aku sangat bersemangat jika sudah selesai melakukan sesuatu dan akan mencentang kegiatan tersebut. Aku bahkan membuat centang yang berwarna disetiap kegiatan, walaupun itu jadinya seperti coret-coretan. HAHAHA. Ini menjadi suatu pencapaian yang bisa diketahui secara langsung. Semakin banyak centang yang ada di list semakin bersemangat dalam melakukan aktivitas lainnya. Namun, meskipun ada kegiatan yang belum berhasil, setidaknya memiliki proses. Kita membaca list dan mengingat apa yang akan dikerjakan itu sudah menjadi proses. Ada peningkatan. Dibandingkan dengan kegiatan yang tidak pernah sekalipun terlintas didalam pikiran dan tuliskan yang sebenarnya itu berpotensi menghasilkan hal yang baik. Jika tidak berhasil hari ini, akan ada hari esok. Lakukan dengan baik dan tetap fokus.

Itulah beberapa tips dan tahapan yang sekiranya bisa memberikan insight buat teman-teman. Aku juga sekarang lagi belajar bagaimana supaya produktif, disiplin, apa yang dikerjakan itu berproses dan berhasil. Kita memang dituntut untuk menyelesaikan sesuatu dan berorientasi pada hasil. Ngga peduli gimana caranya,  pokoknya harus bisa dan berhasil. Dunia menuntut itu dan lingkungan menikmatinya. Tapi ada satu hal yang harus diketahui bahwa hasil yang baik  akan ada jika  dimulai dengan sesuatu yang baik. Yah memang semuanya akan ada hasil, tetapi tergantung kita, hasil yang seperti apa yang kita inginkan, atasan kita inginkan dan diri kita harapkan. Itu semua tergantung dari proses dan jalan untuk melakukan itu. 

Well, Terimakasih buat teman-teman yang sudah membaca, semoga menjadi berkat. Ditunggu blog aku selanjutnya ya, byee..

 

@ruthshin14

 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lebih Baik Pahit di Awal

               Awal munculnya lagu "Axile" by Taylor Swift ft Bon Iver, aku merasakan emosi yang disampaikan oleh lagu ini. Cara Taylor dan  Bon Iver mendeskripsikan masing-masing POV bisa aku bayangkan dengan jelas. Entah itu pernah terjadi atau tidak tapi aku bisa memvisualisasikan dengan baik dipikiranku. Bon Iver menggambarkan ekspresi/peran seseorang yang kebingungan betapa cepat sang mantan move on dan tidak merasakan apa yang ia rasakan. Dia terluka, namun tidak punya hak untuk marah. Disamping itu, Taylor menggambarkan perasaan dari sudut pandang sang mantan. Dia memandang dan melihat bahwa laki-laki yang pernah ia cintai penuh dengan benci dan menyalahkannya. Mereka berdebat  sampai berlarut-larut. Karena ketidakmampuan mereka untuk saling memahami dari pandangan yang  berbeda. Sebenarnya banyak makna yang bisa diambil dari lagu ini. POV yang  berbeda di hubungan mereka terasa jelas. Mereka berpisah karena perbed...

Don't Judge By Its Cover. Wait. I Mean Don't Judge Anyone

Hari itu  adalah hari yang cerah. Tampak sinar matahari menyinari halaman tempat aku tinggal. Ya saat ini aku tinggal di Gresik, Jawa Timur. Pagi ini aku berniat untuk jalan-jalan pagi sembari ingin merasakan panasnya matahari. Yah memang disini suhunya  panas. Tapi aku mau rasain panasnya matahari, sengatannya yang sampai tembus ke badan hingga tulang-tulangku.  Setelah berjalan menelusuri gang dan melewati beberapa rumah, aku melihat banyak anak-anak yang dipersiapkan oleh orangtuanya untuk pergi kesekolah. Ada yang mengingatkan bekal makanan -minuman, persiapan buku dan perlengkapan sekolah, dan ada yang memasangkan dasi anaknya. Aku jadi ingat ketika aku  bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, Mamaku selalu mengingatkan untuk membawa air minum. Dengan logat bataknya yang kuat dan nyaring: " Udah kau bawa minummu? dimana kau buat minummu? Masukkan langsung ke tas mu nanti lupa kau?".// jawabku dengan nada yang sedikit  melow :) "Udah maa.. Udah ku masukkan ke t...